Beranda | Artikel
Masjid dan Tauhid
Senin, 26 Juni 2017

Bismillah.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kalian menyeru/berdoa bersama dengan Allah siapa pun juga.” (al-Jin : 19)

Masjid adalah tempat ibadah kaum muslimin. Di dalam masjid diadakan berbagai bentuk ibadah dan taqarrub kepada Allah. Diantaranya adalah dalam bentuk sholat, membaca al-Qur’an, khutbah jum’at, pelajaran dan nasihat keagamaan serta pengelolaan kegiatan dakwah dan bimbingan Islam.

Menjadikan masjid sebagai pusat pengembangan dakwah dan pembinaan tauhid merupakan jalan yang telah ditempuh oleh para pendahulu yang salih. Sehingga masjid-masjid di masa salaf melahirkan tokoh-tokoh besar di dalam sejarah. Masjid memunculkan sosok para ulama, pejuang Islam, dermawan, ibu-ibu kaum beriman, pemuda-pemuda tangguh dan pilihan serta anak-anak yang memiliki semangat jihad dan bercita-cita tinggi.

Sosok Abu Hurairah radhiyallahu’anhu; seorang sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits adalah salah satu contoh tokoh besar yang dibina di dalam lingkungan masjid. Kebersamaannya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan pengaruh besar bagi perkembangan ilmu dan kepribadiannya. Suatu ketika Abu Hurairah melewati pasar dan mengatakan kepada para pedagang di pasar bahwa di masjid sedang dibagi-bagikan warisan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ternyata setelah mereka lihat di masjid yang ada adalah orang-orang yang sedang belajar agama, membaca al-Qur’an, dsb maka mereka pun bertanya kepada Abu Hurairah. Abu Hurairah menjawab bahwa itulah warisan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam; yaitu ilmu agama.  

Tidaklah diragukan, bahwa ilmu agama inilah yang ditanamkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui mimbar masjid dan berbagai nasihat dan bimbingan beliau di berbagai tempat dan keadaan. Ilmu agama yang membuahkan rasa takut kepada Allah. Ilmu agama yang memudahkan jalan penempuhnya menuju surga-Nya. Ilmu agama yang membuahkan amal salih dan ketaatan. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf, “Sesungguhnya ilmu itu diutamakan di atas selainnya karena ia merupakan sarana untuk bertakwa kepada Allah.”

Masjid tempat untuk mewujudkan penghambaan kepada Allah yang tegak di atas keikhlasan dan keimanan. Oleh sebab itu Allah melarang untuk melakukan ibadah dalam bentuk apa pun kepada selain Allah, baik itu di masjid atau di tempat-tempat lainnya. Sehingga masjid adalah pusat dakwah tauhid. Maka tidak ada yang pantas memakmurkan masjid kecuali ahli tauhid. Mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Mereka yang mendirikan sholat ikhlas karena Allah. Bukan mereka yang membangun masjidnya di tepi jurang yang miring dan longsor menuju neraka.

Masjid adalah benteng pertahanan masyarakat Islam dari berbagai pemahaman sesat dan kerusakan keyakinan dan perilaku. Hal ini hanya bisa terwujud ketika masjid-masjid itu dikelola dengan ilmu dan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah serta arahan salafus shalih. Apabila masjid itu dikelola dengan cara-cara hizbiyyah dan di atas pemahaman yang menyimpang maka yang lahir adalah perpecahan dan kerusakan di muka bumi. Sampai sempat dihembuskan tudingan bahwa rohis -yang notabene adalah para aktifis masjid di sekolah-sekolah- merupakan sarang teroris. Manusia pun dibuat semakin takut dengan perkembangan Islam. Padahal Islam datang dengan keadilan dan kebaikan.

Pada saat masyarakat telah menghadapi ancaman rusaknya akhlak dan digempur dengan derasnya arus negatif di era teknologi ini, maka kembali menata kegiatan dan konsep pengelolaan masjid-masjid kaum muslimin adalah jalan menuju keberkahan umat. Umat Islam menjadi umat terbaik karena mereka menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar serta membela tauhid. Dan masjid merupakan tempat paling strategis bagi masyarakat untuk menebar benih-benih iman dan amal salih serta ruh perjuangan di jalan Allah. Masjid adalah madrasah untuk membina aqidah dan akhlak. Masjid adalah medan untuk menempa pemuda-pemuda harapan umat.

Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu berkata, “Kami adalah sebuah kaum yang telah dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka kapan saja kami mencari kemuliaan dari selain Islam pasti Allah akan menghinakan kami.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak)

Apabila kita benar-benar tulus memperjuangkan Islam dan kaum muslimin, sudah saatnya kita serius memperhatikan segala hal yang bisa mendukung dan memperbaiki kondisi masjid-masjid kaum muslimin. Bukan saja dari segi fisik, bahkan yang lebih penting dari sisi dakwah, tarbiyah, ibadah, serta pembinaan jama’ah masjid dan generasi muda pada khususnya. Ketika para orang tua berambisi agar anaknya menjadi orang sukses dalam urusan dunia sehingga mereka pun rela mengeluarkan biaya besar untuk pendidikan anaknya, tidak jauh dari itu apabila para pengelola masjid bercita-cita besar untuk mewujudkan tujuan masjid sebagaimana mestinya hendaklah mereka memikirkan segala jalan yang disyari’atkan untuk bisa mengantarkan mereka kepada tujuan itu.

Sebagaimana dikatakan oleh sebagian penyair :

Katakanlah kepada orang yang memendam cita-cita mulia

Tanpa kesungguhan, anda mengangankan suatu hal yang mustahil adanya

Semoga Allah berikan taufik kepada para takmir masjid dan pemimpin umat untuk mencapai apa-apa yang dicintai oleh Allah. Sebagaimana kita memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang terindah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, semoga Allah memberikan keamanan bagi negeri ini dan negeri-negeri kaum muslimin. 

Yogyakarta, 2 Syawwal 1438 H


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/masjid-dan-tauhid/